: :

Navbar Bawah


Get this widget!

Minggu, 08 Juli 2012

Cerpen : MANUSIA BERHATI MALAIKAT

Karya Rendra Citra Pahlewi


Gelap gulita, tak nampak sepercikpun cahaya, hanya hitam yang terlihat di mata indah seorang gadis cantik.Terangnya bulan, paduan warna cerah pelangi, luasnya langit, tingginya gunung, birunya laut, hijaunya daun, dan segala hal ciptaan Tuhan seakan semua sirna di penglihatannya itu. Hari-harinya hanya di temani sang kegelapan yang seakan mencekamnya saat usia 5 tahun sampai sekarang.
Elisa, yaa panggilan gadis buta itu, karena keterbatasannya melihat Elisa bukan hanya merasa menderita karena kegelapan tapi harta berharga yang dia milikipun telah hilang yaitu ayah dan teman-temannya.Ayahnya pergi meninggalkannya saat dia berusia 10 tahun, dengan alasan dia malu mempunyai anak buta. Teman-temannya pun menjauhinya karena alasan yang sama. Mereka beranggapan bahwa orang yang terbatas kemampuannya tak selevel dengan orang-orang yang sempurna, ya bisa di bilang teman-temannya memandang Elisa hanya sebelah mata saja.Dia di benci semua orang kecuali Ibu dan kekasihnya.

Sang fajar terbit, hembusan angin pagi telah di rasa sesegeranya dia beranjak dari kasur. Di luar rumah, duduk dan menikmati hembusan angin pagi itu yang biasa di lakukan gadis buta tersebut dan dengan berkata dalam hati, “Tuhan, kapan kau izinkan aku melihat segala ciptaan mu ini dengan penglihatanku, Kapan Tuhan Engkau memberiku kesempatan menikmati semua ciptaan mu ini, Sungguh aku ingin sekali keluar dari kegelapan ini dan melihat keindahan walau hanya sekejap saja.”
“Assalamuallaikum. .” (Seorang laki-laki yang bertamu ke rumah Elisa yang tidak lain adalah kekasih Elisa).
“Ehh, Nak Brian. Silakan masuk Nak .”(Ucapan Ibu Elisa saat membuka pintu).
“Elisa, ada Brian tuh, cepet temui sana.”
“Brian, kok kamu ke sini sih, bukannya di telfon tadi kamu bilang mau ngerjain tugas kuliah?”. Tanya Elisa.
“Ya rencananya begitu, tapi kan di kerjain nanti dulu juga bisa. Hehehe. Emmmt, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat yang indah, mau ikut kan ?”
“Apa?Kamu ngejek aku ya?Yang bener aja, seindah apapun itu, bagiku sama aja.”(Jawab Elisa sambil tesenyum).
“Eeeh, aku gak maksud ngejek kamu Saaa.. Udah lah ayo ikut aku pasti kamu gak bakal nyesel.”
 
Brian langsung menggandeng tangan Elisa dan membawanya ke tempat yang dia katakan tadi. Sesampainya di sana, “Nah, kita dah sampai di tempat yang aku katakan tadi Saa.” Ujar Brian.
“Seindah apa sih tempatnya, di mata ku ini hanya hitam yang dapat ku lihat.”
“Sweety, dengerin aku, tak peduli hanya hitam yang terlihat di mata mu itu, bukankah Tuhan memberi mu kemampuan lain.” Ucap Brian.
“Lalu apa maksud mu mengajak ku ke sini.” Tanya Elisa.
“Aku ingin kamu lebih bersyukur dengan keadaan mu sekarang, aku bangga dengan mu karena kamu bisa bertahan sampai sekarang. Elisa, di luar sana yang keadaannya lebih parah dari mu juga ada, tapi mereka tak pernah mengeluh. Tuhan itu tak akan memberi cobaan pada umatnya di luar kemampuan manusia, memang matamu tak bisa melihat, tapi bukankah masih ada telinga yang bisa kau manfaatkan untuk mendengar situasi di sekitar mu, masih ada tangan mu untuk meraba benda yang kau ingin lihat, dan masih banyak yang bisa kau manfaatkan dari Tuhan yang di beri kepada mu.Maka dari itu nikmatilah dan rasakan tempat ini dengan kemampuan yang kamu punya.”Nasehat panjang lebar dari Brian.
Elisa hanya tersenyum dengan meneteskan air mata sambil berkata, “Trima kasih untuk nasehatnya, memang benar seharusnya aku lebih bersyukur ,tak pernah ku sadari betapa beruntungnya diri ku mempunyai kekasih yang begitu tulus padaku.”
Setiap harinya setelah melaksanakan sholat wajib, Elisa slalu berdo’a, “ Tuhan, aku tak meminta banyak hal darimu, yang ku ingin hanya satu hal yaitu aku dapat melihat lagi, aku tau pasti tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, maka aku tak kan pernah berhenti tuk berharap bisa mendapat hidayah dari mu, semoga Engkau mendengar do’a ku dan berkenan mengabulkannya Tuhan. Amien.”

Suatu hari saat di kampus, “Hey Brian, mau kemana?”Tanya salah satu teman Brian.
“Mau pulang nih. Kenapa?”
“Dari pada pulang, hang out dulu bareng kita-kita aja.”
“Enggak ah, aku sudah ada janji dengan pacar ku. .”
“Ooooh, jadi kamu lebih milih pacar kamu yang buta itu ketimbang kita.Hahahaha. .” (Ejek teman Brian).
“Ehh, denger ya jangan pernah ngrendahin pacar ku, dia emang buta tapi hatinya baik, tak seperti mu yang bisa melihat namun menilai orang hanya dengan sebelah mata mu saja.” (Saut Brian lentang dengan wajah penuh kesal).

Beberapa saat kemudian, Brian pergi ke rumah Elisa, “Hey Elisa, kamu hanya duduk di sini saja?Gimana biar gak bosen aku ajak kamu ke pantai aja?”
“Gak usah, aku ingin di rumah saja kok.” Tolakan Elisa.
“Kenapa?Emang kamu gak bosen di rumah terus?Ayolah mau donk, di sana pasti suasananya nyaman banget.” Paksaan Brian.
“Di sana kan ramai Briaaann, apa kamu gak malu jalan sama cewek buta kayak aku ini, di luar sana pasti akan ada banyak yang menghina ku.”
“Kamu tuh ngomong apa sih !!Dengerin aku ya, aku gak pernah malu jalan sama kamu dan gak akan pernah malu mempunyai pacar seperti mu Sa.Biarlah mereka berkata apapun sesuka mereka, jangan pernah hiraukan mereka.”
“Brian, hatiku ini bukan terbuat dari besi dan baja yang bisa terus-terusan menahan hinaan dan cacian dari orang lain, sabar ku juga ada batasnya.” Ucap Elisa dengan raut wajah sedih.
“Justru itu, dengan keterbatasan mu itu kamu harus menunjukkan pada mereka bahwa diri mu itu tidak separah yang seperti mereka katakan. So, please jangan pernah terpuruk hanya karna omongan orang lain yang belum tentu benar, Okey my sweety. .”Ucap Brian bermaksud menyemangati.

Brian akhirnya bisa membujuk Elisa, dan mereka berdua pergi ke sebuah pantai. Namun raut wajah Elisa terlihat tak begitu senang.“Kamu kenapa Sa?”Tanya Brian penasaran.
“Aku itu memang buta tapi masih bisa mendengar dengan baik, dari tadi aku mendengar suara gadis-gadis sedang mengejek ku. Brian, apa kamu tau rasanya di hina, pasti kamu gak tau kan, karna kamu gak pernah di hina, iya kan?. . Rasanya itu sakiiiiiiit banget, seakan-akan hati ini tersayat-sayat.”Ucap Elisa dengan senyuman penderitaan.
“Heemmmt, sudahlah.Biarkan saja, jangan pernah ingat kata-kata mereka itu hanya akan membuang waktu mu saja Sa.” Saut Brian.

Elisa dan Brian menjalani hari-harinya selalu berdua dengan saling memberi kasih sayang dan perhatian, tak terasa hari ini tanggal 13 November adalah peristiwa di mana mereka berdua menjalin sebuah ikatan cinta yang memasuki tahun ke-3. Brian memberi surprise istimewa untuk Elisa, Brian mengajak Elisa ke tempat yang indah,nyaman, tentram, dan tempat itu hanya di hiasi cahaya dari bintang dan lilin saja. Di sana Brian memberi sebuah hadiah dan seikat mawar merah pada Elisa, suasanapun begitu romantis. “Elisa, ini bunga mawar merah kesukaan mu dan juga ada hadiah special yang aku siapin khusus buat kamu. .”Ucap Brian.
“Makasih, bunganya harum dan pasti cantik sekali. Kalau di dalam kotak ini apa? Boleh aku membukanya?”
“Silahkan. .”
“Brian, apa ini sebuah kalung sepasang gembok dan kunci?”Tanya Elisa setelah membuka hadiah dari Brian.
“Iya, kamu gak suka ya?”
“Suka kok, makasih ya, heheee.”
“Sini aku pakaikan, kamu memakai kuncinya, jadi yang berhak atas cinta ku ini cuma kamu, dengan kunci ini kamu bisa bebas dengan gembok yang aku pakai,kamu bisa membuka gembok ku dengan kunci mu itu jika kamu sudah tak cinta lagi padaku, tapi aku berharap itu tak kan terjadi.” Kata Brian pada Elisa.
“Brian, trima kasih ya atas semua yang telah kau beri padaku. .Aku mau menikah dengan kamu, jika aku sudah bisa melihat nanti.”
“Hemmmtt, benarkah.Betapa bahagianya aku jika hal itu terjadi.Hehehe. .”

Sesampainya di rumah Elisa mengobrol dengan ibunya, “Bu, menurut Ibu Brian itu bagaimana?”
“Menurut ibu, dia laki-laki yang baik dan sangat bertanggung jawab.”Jawab ibu Elisa.
“Kapan ya bu aku bisa melihat, andaikan ku bisa melihat nanti aku mau menikah dengan Brian.”
“Tuhan itu tak pernah tidur, jadi apapun keinginan umatnya pasti senantiasa di kabulkan jika umat tersebut mau berusaha dan terus berdo’a.Jadi, jika kamu ingin bisa melihat teruslah berdo’a pada Tuhan, ibupun akan turut mendo’akan mu sayang.”Tutur kata lembut dari Ibu Elisa.

Karena kesungguhan Elisa dalam berdo’a meminta pada Tuhan akhirnya suatu hari ada seseorang yang mau mendonorkan matanya pada Elisa. “Elisa, elisa sayang. .” Panggil ibu Elisa dengan raut muka kegirangan.
“Iya bu, ada apa sih kok keras banget manggilnya?”
“Akhirnya nak, keinginan mu tercapai juga, ini ada surat dari rumah sakit, di sini tertulis ada seseorang yang mau mendonorkan matanya untuk mu, dan jika kamu mau menerimanya besok operasi akan di lakukan sayang.”Ucap ibu Elisa dengan tetesan air mata terharu.
“Alhamdulillah, trima kasih Tuhan Engkau akhirnya mengabulkan do’a ku.Ibu, tolong ambilkan telfon, aku ingin memberi tahu Brian bu.”

Dengan tangisan haru, Elisa menelfon Brian untuk meberitahukan berita bahagia tersebut, “Assalamuallaikum, Brian, ahkirnya Tuhan mengabulkan do’a ku, ada seseorang yang mau mendonorkan matanya, dan besok aku kan menjalani operasi tersebut. .”
“Benarkah?Alhamdullillah, selamat ya sweety, aku juga ikut senang.”
“Iya makasih, sudah dulu ya, aku mau tidur, hemmttt . .aku sudah tidak sabar menunggu hari esok, Oooiiya, besok setelah aku operasi kamu temuin aku ya, aku tak sabar ingin melihat wajah mu. Assalamuallaikum ..”
“Iya iya sweety, have a nice dream. Wa’alaikumsalam”

Esoknya Elisa menjalani operasi, setelah operasi selesai, mata Elisa masih di perban .Akhirnya dokter datang untuk membuka perban dan memeriksa apakah matanya berfungsi, dan ternyata setelah di buka, “Ibuuuuu, aku bisa melihat lagi.”Teriakan Elisa dengan senyum haru.Ibu Elisa tak bisa berkata apa-apa hanya air mata yang mewakili kebahagiaannya.
“Ibu, jadi seperti ini wajah ibu, ternyata ibu cantik sekali yaa.”Ucap Elisa dengan menyentuh wajah ibunya.
Elisa dan Ibunya pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang Elisa begitu menikmati perjalanannya, dia begitu mengamati semua benda dan hal yang sedang di lihatnya. Sesampainya di rumah Elisa juga mengamati rumahnya dan melihat-lihat setiap benda yang ada di rumahnya.Di hatinya terendam perasaan bahagia, terharu, dan rasa syukur yang begitu luar biasa. Saat mendengar adzan, Elisa sesegera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat, setelah shalat dia tak lupa mengucapkan rasa syukur, “Alhamdulillahirobbilalamin, Terima kasih Tuhan akhirnya Engkau berkenan untuk mengabulkan do’a ku.Terima kasih atas kebaikanMu pada ku Tuhan, dan tolong sampaikan rasa terima kasih ku pada orang yang telah mendonorkan matanya padaku.”

Setelah shalat, Elisa mengobrol dengan ibunya, dia mengungkapkan seluruh rasa yang ada di hatinya, “Ibu, kira-kira orang seperti apa ya yang mendonorkan matanya pada ku? Jika aku tau, aku ingin sekali bertemu dengannya dan mengucapkan banyak terima kasih. Sungguh dia berhati mulia ya Bu . .”
“Iya sayang, dia memang orang yang berhati mulia. Jaga baik-baik matanya ya nak, agar orang yang mendonorkan matanya itu tak merasa kecewa . .”

Saat malam tiba, ini detik-detik Elisa akan bertemu dengan Brian, dia sudah merasa tidak sabar menunggu kedatangan Brian.
“Assalamuallaikum. .”Salam dari Brian.

Sesegera Elisa membuka pintu, “Briannn, ,akhirnya aku bisa melihat mu, jadi seperti ini ternyata diri mu, kamu lebih cakep dari yang aku bayangin selama ini.”(Ucap haru Elisa dengan menyentuh wajah Brian dengan sentuhan halus).
“Iya, inilah aku Sa. .hemmt, masa sich aku cakep, aku aja gak nyadar tuh. Hehehe.”
“Brian, tatapan matamu kok sepertinya aneh dan tak biasa.”Tanya Elisa dengan bingung.
“Apa?Aneh. .aneh apanya, biasa aja kan.”

Elisa mencoba melambaikan tangannya di depan mata Brian, namun mata Brian tidak ada reaksi berkedip, “Brian,mata kamu kok gak berkedip sih, barusan aku ngelambaiin tangan ku di depan mata kamu, kamuuu . . kamuu. . kamu gak bisa ngelihat ya?”
“Huuuft, akhirnya kamu tau juga, ,” Jawab Brian dengan gambaran raut muka sedih.
“Apaa . .” Hanya satu kata itu yang terucap dari mulut Elisa, dia merasa bingung dan tidak pernah menyangka ternyata kekasihnya juga tak jauh beda dengannya sama-sama tidak bisa melihat, rasanya seperti mimpi, begitu terpukulnya dia. Elisa membutuhkan waktu sendiri untuk bisa memahami, lalu dia tiba-tiba menutup pintu rumahnya dan meninggalkan Brian begitu saja.
“Elisa, Elisa, denger penjelasan aku dulu.”Teriak Brian dengan lentang berharap Elisa mau mendengar penjelasannya, namun harapan itu baginya pupus, dengan berat hati Brian pulang meninggalkan rumah Elisa.

Elisa hanya menangisi hal yang tak pernah dia sangka sebelumnya di dalam kamar, sendirian, termenung, tekanan batin yang di rasa begitu hebatnya seakan hal bahagia yang di perolehnya baru saja tertimbun oleh kejadian buruk , yang membuatnya putus asa.
“Sayang,kamu kenapa kok nangis, apa terjadi sesuatu pada mu nak?” Tanya Ibu Elisa gelisah saat mengetuk pintu kamar putrinya.
“Ibu pergi saja, aku hanya ingin sendiri dulu Bu.”
“Nak, cerita aja sama Ibu, jangan seperti ini, Ibu juga ingin cerita sesuatu sayang. .”
“Sudahlah Bu, Ibu pergi saja, aku hanya ingin sendiri dulu, tolong donk Ibu ngertiin aku.”
“Hemmmt, baiklah.”

( 1 minggu kemudian )
Waktu seminggu, cukup membuat Elisa untuk bangkit dari kesedihan tentang hal kemarin.Hari ini Elisa datang ke suatu tempat yang indah dan nyaman untuk menenangkan hatinya. Di sisi lain, Brian berharap dapat bertemu dengan Elisa walau mungkin itu adalah pertemuan terakhirnya dan juga bermaksud untuk menjelaskan semua yang telah terjadi. Harapannya tercapai, Brian mendapat informasi bahwa Elisa sedang berada di suatu tempat, sesegeranya dia pergi menuju tempat itu. Sesampanyai di sana, “Hey Elisa . .” Sapaan Brian dengan senyuman tulus nan indah.
“Brian. !!”Sontak Elisa terkejut.
“Aku mohon dengerin aku dulu ya Sa. Hari ini aku sangat senang bisa bertemu dengan mu walau aku tak bisa menatap mu langsung dengan mata ini.Aku merasa hidupku begitu sempurna dengan kehadiran mu dalam hidupku, semua terasa indah saat bersama mu.Namun semua itu sekarang hanyalah tinggal kenangan, saat kamu tau ternyata aku hanyalah laki-laki lemah karena kebutaan. . Apa kamu masih ingat? bahwa kamu pernah mengatakan padaku “AKU MAU MENIKAH DENGAN KAMU, JIKA AKU SUDAH BISA MELIHAT NANTI” . Pasti kamu masih ingat bukan? Jadi bagaimana, apa kamu mau menikah denganku?

Elisa hanya terdiam membisu, tak mengeluarkan sepatah katapun saat Brian bertanya padanya.Hatinya di gelayuti rasa bimbang.
“Hemmt, kamu hanya terdiam saja, Baiklah aku tak kan meminta atau memaksamu mu untuk menikah dengan ku kok, karena aku tau wanita cantik seperti mu tak kan mungkin mau menikah dengan laki-laki buta seperti ku. So, hubungan kita cukup sampai di sini saja, dan mungkin ini adalah terakhir kalinya kita bertemu. Dan ini permintaan terakhirku TOLONG, JAGA MATAKU BAIK-BAIK YA . . .”
Itu adalah ucapan terakhir dari Brian untu Elisa.Dengan rasa sedih yang mendalam dia pergi begitu saja, hatinya seakan tersayat-sayat ketika akhirnya hal yang dia takutkan menjadi kenyataan.

Elisa begitu syok setelah mendengar ucapan dari Brian, dia hanya diam termenung kebingungan sambil di temani derai tetes air mata.Tak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa ternyata pendonor mata yang begitu berhati mulia adalah kekasihnya sendiri.Dengan kaki yang terasa lemas, Elisa pulang ke rumah, “Elisa, apa yang terjadi?Kenapa kamu menangis sayang?”Tanya Ibu Elisa penasaran.
“Brian, ternyata Brian adalah pendonor mata ini ya?Kenapa Ibu gak pernah bilang..Kenapa?”
“Maaf sayang, Ibu sebenarnya ingin memberi tahu mu tapi Brian meminta kepada Ibu untuk tidak memberi tahu mu. .”
“Hidup ku buruk sekali sih, tidak bisa melihat dan bisa melihatpun sama saja, hanya derita yang ku dapat. . .”
“Huuuusssttt, Elisa, kamu gak boleh ngomong seperti itu nak.”
Derita yang di dapat Elisa yang begitu hebat membuatnya hanya bisa merenungi nasib dan menumpahkan banyak air mata. Kebimbangan membuatnya sulit memutuskan sebuah tindakan yang terbaik itu seakan membuatnya setres,dan semua hal indah yang dia rencanakan hancurlah sudah hanya duka, luka, dan kesedihan saja yang tertinggal di hatinya. Ibunya mencoba berkali-kali untuk membuat Elisa bangkit, dan akhirnya usaha itu tak sia-sia juga.Elisa mampu bangkit dan melupakan kesedihanya, dan dia pun sadar bahwa sebenarnya Brian melakukan hal yang sangat baik padanya lalu dia berinisiatif untuk mencari Brian dan memperbaiki hubungan mereka lagi.Elisa mendapat informasi alamat rumah Brian.Langsung saja Elisa menuju kesana.

Elisa menekan belnya, lalu ada seorang perempuan yang membuka pintu, “Mbak, apa ini benar rumahnya Brian?” Tanya Elisa.
“Brian? Brian siapa ya, ini rumah saya dan yang tinggal di sini tidak ada yang bernama Brian mbak. .”
“Benarkah?Brian itu orang yang sedang saya cari, saya mendapat informasi bahwa di sini rumahnya.”
“OOhh begitu, sebenarnya sih saya juga baru kok tinggal di sini mbak, mungkin juga dulu ini rumahnya Brian, emmttt tapi saya coba tanya sama mama saya dulu ya, mungkin mama tau.”

Beberapa menit kemudian, “Mbak, ternyata benar dulu pemilik rumah ini memang mempunyai putra bernama Brian namun mereka sudah pindah.”
“Pindah?Pindah ke mana mbak?Boleh minta alamatnya?” Tanya Elisa was-was.
“Maaf mbak, kalau itu mama saya kurang tau.”

Elisa pulang dengan tangan hampa, tapi dia tak menyerah sampai di sini, dia bertanya pada teman-teman Brian.Selama pencarian 5 bulan, tak sedikitpun informasi yang di dapat hanya kekecewaan dan penyesalan yang mengisi hatinya.Melihat putrinya seperti itu beliau merasa kasihan, sehingga menyarankan Elisa untuk menghentikan pencariannya.
“Nak, sudah lama kamu mencarinya, tapi tidak ada kan informasi yang kamu dapat sedikitpun. Ibu minta kamu untuk menghentikan pencarian ini dan mulailah hidup baru . .”
“Ibu benar juga, mungkin Tuhan menakdirkan aku untuk tak kan bersatu lagi dengan Brian. Baiklah Bu, aku kan turuti permintaan Ibu, aku akan move on dan mulai mebuka awal lagi cerita hidupku dengan lembaran yang baru, dan yang lalu adalah kenangan terindah dalam hidupku. .”
“Hemmmt putri ku. Emang harus gitu, itu baru anak Ibu,. .”

( 1 tahun kemudian)
Hari ini, hari bahagianya Elisa, ya akhirnya usahanya untuk move on dan mebuka lembaran hidup yang baru telah berhasil di dapatnya. Dia menemukan seseorang pengganti Brian yang tepat untuk mengisi kekosongan hatinya, dan hari ini mereka menikah serta mengikrarkan janji setia selamanya. Di hari bahagianya ini dia tak melupakan malaikat penolongnya yang sangat mebantu dan membuat hidupnya berubah yaitu Brian manusia berhati malaikat.Saat Elisa teringat dia pun mengungkapakan isi hatinya, “Brian, kamu sekarang di mana?Bagaimana keadaan mu?Apa kamu sekarang sudah menikah sepertiku? Aku kira dulu kita bisa bersama sampai ajal yang memisahkan kita, tapi ternyata itu hanya mimpi yang tak tersampaikan, bahkan aku tak tau entah di mana diri mu sekarang. Disini aku bahagia dengan seseorang yang tepat mengisi kekosongan hatiku, aku kan selalu berdo’a juga untuk mu di mana pun kamu berada semoga kamu tetap bahagia. Aku tak kan pernah mencoba melupakan kebaikan mu dan tenang saja mata ini kan ku jaga baik-baik . . .”

Akhirnya Elisa hidup bahagia dengan pilihan hatinya, seluruh hidupnya sontak berubah seperti terlahir kembali di dunia ini karena seorang manusia yang berhati malaikat memberinya harta paling berharga dan hadiah terindah yaitu MATA.Namun Elisa tak pernah tahu entah di mana keberadaan Brian, Elisa hanya bisa mendo’akan dari kejauhan semoga Brian bahagia seperti yang dia rasa.
Hati yang baik adalah memberi pertolongan tanpa meminta balasannya.Memberi pertolongan dan mengharap sebuah balasan tak kan pernah berarti, lebih baik memberi pertolongan walau sedikit namun ikhlas itu akan jauh lebih berarti.

Pengorbanan, mengorbankan sesuatu yang kita miliki untuk seseorang yang membutuhkan itu adalah perbuatan yang sungguh mulia meskipun sebenarnya kita sendiri juga membutuhkannya. Tak peduli siapapun kau, apapun yang kau perbuat, jika bisa mengorbankan sesuatu untuk orang lain dengan tulus, yakinlah pasti itu adalah hal paling indah yang pernah kau lakukan.

Dan jika berbicara tentang MATA, buat temen-temen semua yang barusan baca cerpen ku itu makasih banyak ya karena kalian mau menyempatkan MATA indah kalian untuk sejenak membaca cerpenku. Bersyukurlah selalu pada Tuhan karena di beri kesempatan untuk bisa melihat seluruh keindahan dunia, dan alangkah lebih baiknya jika kita bisa memanfaatkan MATA kita dengan baik tentu dengan melihat hal baik dan berusaha menjauhkan MATA kita untuk tidak melihat hal yang tak seharusnya kita lihat.

1   komentar

Cancel Reply